SOKOGURU, Magelang- Lewat limbah kotoran hewan ternyata bisa juga mendulang rezeki. Hal itulah yang dilakukan Azis Budi Rohmad, warga Desa Sewukan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Kotoran berbau tidak sedap itu di tangannya menjadi pundi-pundi uang, setelah diolah menjadi kompos atau pupuk organik yang kaya nutrisi dan diminati oleh petani.
Kini, ia memproduksi ribuan karung per bulannya dan ke depan, Azis menargetkan bisa memproduksi 1.500-2.000 karung per bulan.
“Kalau bahan baku srintil (kotoran kambing etawa) didatangkan dari Kabupaten Purworejo, sekali datang sebanyak satu truk yang beratnya sekitar 3 ton srintil,” ujarnya ketika, seperti dikutip dalam laman Pemerintah Kabupaten Magelang, baru-baru ini.
Baca juga: Kurangi Pupuk Kimia, Presiden Instruksikan Penggunaan Pupuk Organik Dari UMKM
Lebih lanjut, Azis menuturkan perjalanannya bisa sampai mengolah kotoran kambing etawa menjadi pupuk kompos.
"Pada awalnya, saya melihat tata cara pengolahan limbah kotoran kambing di media online,” ujarnya.
Setelah itu, sambung Azis, ia mulai belajar dari teman-teman dan juga bertanya ke dinas pertanian. Dari sanalah ia banyak belajar bagaimana cara mengolah pupuk yang benar.
Setelah dirasa cukup ilmu, Azis pun mulai membeli bahan-bahan untuk modal awal, di antaranya mesin giling, dan juga bahan baku berupa kotoran kambing.
Bahan baku kotoran kambing etawa diambil dari Purworejo. Alasannya, kotoran kambing etawa, lebih baik dibandingkan dari kotoran-kotoran lain untuk diolah sebagai pupuk.
Karena dari semua kotoran kambing etawa, menurutnya, cenderung lebih besar, sementara untuk kotoran kambing lain masih menggumpal-gumpal.
"Jadi, kotoran kambing etawa yang lebih kering diproses dan ditambahkan dolomit, kapur, terus dikasih cairan untuk pengurainya, kemudian digiling biar lebih lembut," imbuh Azis.
Menurutnya, usaha pupuk dari kotoran kambing ietawa memiliki prospek bagus ke depannya.
Baca juga: Pemkot Yogyakarta Gelar Pelatihan Pembuatan Kompos di Kelurahan Prenggan
“Meski ada orang yang mengatakan kalau kotoran kambing ini menjijikkan, tapi bagi kami untuk jangka panjangnya itu prospek dan menguntungkan,” tambah Azis.
Ia pun menjual satu sak kompos atau pupuk organik dari kotoran kambing ukuran kecil 10 kg sebesar Rp15.000, dan yang ukuran besar 24 kilogram seharga Rp35.000.
Seorang petani padi di Desa Tirto, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Ponidi,50, mengaku sudah menggunakan kompos pupuk organik dari kotoran kambing dari Sewukan, Dukun.
Menurutnya, pupuk kandang itu dapat meningkatkan kesuburan tanah.
"Harganya juga murah dibanding pupuk kimia. Pupuk kandang dari kotoran kambing yang sudah diolah ini, selain tidak bau, juga lebih ramah lingkungan, serta bagus untuk tanaman padi lebih subur," ujarnya.
Menurut Ponidi, harga pupuk kotoran kambing ini lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk kimia yang katanya ada subsidinya.
“Petani padi di sini lebih suka menggunakan kompos atau pupuk kandang yang sudah diolah," ungkapnya.
Baca juga: Petani Candirejo Alami Peningkatan Panen setelah Gunakan Pupuk Kandang Fermentasi
Pengusaha pupuk atau kompos dari kotoran kambing etawa Azis melihat peluang pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk sangat besar, karena wilayah Kabupaten Magelang adalah area pertanian, khususnya di Kecamatan Dukun, di mana para petani menggunakan pupuk kimia.
Seiring waktu, pupuk kimia sulit didapat dan harganya sering naik, sehingga harga produksi petani pun ikut naik. Untuk itu, ia berpikir mengolah kotoran kambing jadi pupuk, menjadi alternatif dan bisa membantu mengurangi biaya produksi bagi petani. (SG-1)